Event Perdana dalam rangka Hari Buku Nasional di Rumah Baca Gang Masjid(Rbgm).
Memori RAJ saat kopdar perdana dan event perdana :)
Senin, 07 Juli 2014
Cerpen, genre: romance
Desember
Karya Nurul
Lailia
Pagi-pagi
sekali Nessa sudah bersiap
untuk pergi bekerja. Nessa
terlihat cantik dengan kemeja putih
panjang, rok hitam legam selutut dan blazer hitam favorit miliknya. Dengan tergesa-gesa, Nessa berlari keluar
rumah menuju halte bus.
Di kantor Nessa sedang serius membuat dokumen untuk
memenangkan tender perusahaan. Beberapa
menit kemudian, terdengar langkah kaki seseorang mendekatinya. Nessa melirik ke arah sumber suara dan
menemukan Ervan yang berdiri tegak di samping dirinya. Nessa tersenyum lembut
ke arah Ervan.
“Kamu
tidak ikut makan siang bersama teman-temanmu?” tanya Ervan.
“Tidak,” balas Nessa.
“Kenapa?” tanya
Ervan lagi.
“Karena
aku sedang menunggumu,” jawab Nessa kalem. Ervan tersenyum tulus
mendengar jawaban kekasihnya itu.“Terima kasih Nessa.”
Nessa menyimpan hasil pekerjaan dan mematikan
komputernya kemudian mengambil sesuatu di dalam
tas.
“Tadi aku bawa bekal, ayo kita makan sama-sama Erv!”
Erv,
begitulah nama panggilan
Nessa ke Ervan. Awalnya Ervan merasa aneh dengan nama itu. Tapi, lama-kelamaan dia menyukainya. Nessa membawa nasi
goreng dan telur dadar. Ervan
memakannya dengan lahap membuat
Nessa senang.
***
Hari ini adalah hari bersejarah karena Nessa dan
Ervan berulang tahun. Tepat tanggal 31
Desember. Entah kenapa ulang tahun mereka bisa sama. Nessa sudah mengirim sms selamat ulang
tahun untuk Ervan, namun tidak ada balasan. Nessa menatap sendu ke
arah jalanan. Ervan
belum mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Mungkin dia sibuk? Dia
bos di sana, mungkin pekerjaannya sangat banyak ... jadi dia lupa?
Saat istirahat kerja, Nessa memutuskan pergi ke
ruangan Ervan untuk memberikan setangkai mawar merah dan ucapan selamat ulang
tahun untuk Ervan. Nessa
tidak melihat asisten Ervan, jadi dia memutuskan untuk langsung memasuki ruang
kerja Ervan tanpa mengetuk pintu dahulu. Dan apa yang dilihatnya begitu
menyakitkan. Ervan yang sedang duduk dengan lengannya yang digelayuti oleh
gadis cantik dengan rambut sebahu itu. Dada Nessa benar-benar sesak.
“Nessa? Kenapa masuk tidak ketuk pintu dalu?” tanya Ervan panik dan
dengan sigap berdiri tegang. Nessa
gugup. Serasa
lebih gugup daripada seorang murid yang lupa tidak mengerjakan PR.
“Ada
apa?” tanya Ervan canggung. Nessa mengulurkan
tangannya dan memberikan mawar merah pada Ervan.
“Ini untukmu Ervan,” ucap Nessa mencoba tenang. Nessa segera membungkuk
ke arah
Ervan dan gadis di samping
Ervan.
“Maaf
karena tidak mengetuk pintu dalu,” gumam Nessa kemudian berbalik dan menutup
pintu.
Di dalam ruang kerja Ervan menatap garang kepada
gadis di sampingnya.
“Sudah
kubilang, jangan ganggu aku di kantor , Mia!”
“Memangnya
dia tadi siapa?”
“Hanya
pegawai biasa,” jawab Ervan meski sedikit tidak nyaman karena berbohong.
“Tapi dia memberimu bunga.”
“Aku tidak suka bunga,” balas Ervan.
“Aku tahu, jadi buang saja bunganya, kau kan alergi
bunga,” ucap Mia sinis. Ervan
memandang ragu ke arah bunga mawar merah segar yang dipeganginya.
“Oke, aku buang,” balas
Ervan dan membuangnya ke tong sampah. Mia tersenyum dan tertawa kemudian
melirik jam tangan peraknya.
“Sudah
waktunya pulang, sampai jumpa lagi Ervan sayang, aku mencintaimu,” ucap Mia
sambil mengecup sekilas pipi Ervan. Ervan menghela napas jengkel.
“Tapi aku tidak mencintaimu,” gumam Ervan.
***
Oh ya Tuhan. Siapa sebenarnya gadis itu? Kenapa dia dan Ervan
punya hubungan yang terlihat dekat? Nessa benar-benar terkejut,
jantungnya masih berdegup dengan keras tanpa henti dan kakinya terasa lemah dan tak
bertenaga. Nessa masih berdiri di depan pintu ruang kerja Ervan dan tanpa
sengaja mendengar percakapan menyakitkan itu.
. Ervan membuang bunga mawarnya
dengan sangat mudah, tanpa gugup, dan tanpa perasaan bersalah.Setelah itu Nessa
merasa bahwa dirinya benar–benar
hancur. Hancur
oleh cinta.
***
Sore hari. Dengan perasaan kacau,
Nessa duduk di kursi kerjanya dengan lemas. Semua pikirannya masih
terpusat dengan kejadian tadi. Nessa
sadar dia bukan siapa–siapa. Tidak
cocok jika dibandingkan dengan Ervan yang serba bisa dan kaya raya. Dengan tiba–tiba manajer tim Nessa masuk
dengan ekspresi menyeramkan.
“Perhatian
semua, saya punya kabar yang tidak mengenakkan hari ini. Dokumen perusahaan
bocor. Ada
yang mengambil datanya dan menjualnya ke perusahaan pihak lawan. Aku sangat kecewa,
terlebih lagi ini dilakukan oleh orang dalam. Dokumen itu besok sudah
harus diajukan ke Rapat Dewan. Tapi, karena bocor kemungkinan kita akan kalah tender. Jadi, Nessa kenapa kau menjual
dokumen perusahaan?” tanya
manager itu sinis. Nessa
sangat terkejut. Dia tidak tahu apa–apa tentang kasus ini. Kenapa dia yang dicuriagai?
“Sebentar
lagi General Manager
akan menuju kemari, beliau akan meminta
tanggung jawabmu atas masalah ini Nessa, karena kamulah yang bertugas membuat
dokumen itu dan satu–satunya pegawai yang mempunyai data dokumennya!” Oh tidak,
Ervan akan datang kemari dan Nessa belum siap bertemu Ervan. Beberapa saat kemudian
Ervan datang dan menatapnya tajam.
“Benar kau yang menjual dokumen perusahaan kita ke
pihak lawan, Nessa?” bentak Ervan mengintimidasi. Nessa menatap Ervan
sendu. Ervan
juga menuduhnya. Sangat
menyakitkan. Kekasihmu tidak mempercayaimu dan menuduh di depan mata teman
sekantor yang sekarang ini nampak menaruh belas kasihan. Nessa memejamkan mata
sesaat. Bukan,
bukan aku yang menjualnya.
“Nessa, bicaralah! Semua bukti mengarah padamu. Kebocoran dokumen terjadi lewat
komputermu,” teriak Ervan emosi.Bukan, aku Ervan. Nessa menatap ke bola
mata Ervan.Seolah-olah mengatakan isi hatinya. Bahwa dia tidak tahau
apa-apa.
“Nessa! Bicaralah! Nessa!” bentak Ervan emosi. Nessa kembali
memejamkan matanya.
“Kalau
aku bilang aku tidak melakukannya apa kamu akan percaya padaku Pak GM? Kalau
aku bilang aku tidak tahu apa kamu juga akan percaya padaku?” tanya Nessa sendu.
Ervan menatap Nessa kaget.
“Kamu tidak akan mempercayaiku, kan? Itulah mengapa aku
diam saja sedari tadi. Karena
percuma aku bicara sujujurnya dan membela diriku sendiri. Yang menurutmu itu
hanyalah omong kosong,” terang Nessa sedih.
“Maaf,
aku tidak bisa membayar kerugian kebocoran dokumen perusahaan. Tapi, besok aku
akan mengajukan surat pengunduran diri sebagai gantinya,” kata-kata Nessa tadi
membuat Ervan terdiam. Nessa
masih mengaharapkan jikalau Ervan mencegahnya melakukan pengunduran diri.
Ervan mengacak rambutnya “Terserahmu saja aku sudah
muak dengan semua ini!” Ervan
sudah muak pada Nessa. Itulah
sebabnya Ervan tidak membela dirinya tadi. Nessa menatap kosong
Ervan dan rombongan yang mulai meninggalkan ruangan kerja timnya.Nessa mulai
beranjak dari kursinya dan melangkah keluar.
***
Sekarang 7 Januari. Nessa telah resmi
mengundurkan diri dari perusahaan. Nessa telah membulatkan tekad. Dia ingin
melupakan segala kejadian menyakitkannya bersama Ervan dan akan memulai lembar
hidup baru lagi. Sedangkan di lain tempat,
Ervan tampak senang. Dia berhasil memenangkan tender untuk proyek wisata
Bali.Ini sangat hebat. Proyek ini akan menguntungkan, meski dulu perusahaan
sempat kalah tender karena ada pembocoran dokumen. Tapi, disamping itu
semua, ada sesuatu yang kosong di sudut hatinya, yang membuatnya terasa hampa.
Kepergian Nessa.
Sebenarnya, Ervan sangat menyayangi Nessa. Sejak pertemuan pertama
mereka di halte bis, sebelum Ervan tahu kalau Nessa adalah salah satu pegawai
baru di perusahaannya. Ervan
yang waktu itu berangkat kesiangan sangat kesal karena terjadi kemacetan di
jalan. Dia
mengemudikan mobilnya dengan marah dan hampir saja menabrak seseorang. Ervan keluar dari mobil
dan langsung terpana melihat sosok Nessa yang cantik dengan balutan baju kerja
sederhananya, dan dengan mata bulat indah Nessa yang membuat hatinya berdesir. Saat itu juga Ervan
tahu bahwa cinta pada pandangan pertama itu bukan bohong belaka.Karena Ervan
telah merasakannya saat itu juga.
Semenjak saat itu Ervan mulai dekat dengan Nessa
sampai mereka menjalin hubungan yang lebih serius meski secara rahasia. Bukan karena Ervan malu
pada identitas Nessa yang berasal dari kalangan bawah. Tapi, karena Ervan
takut kalau sampai identitas Nessa diketahui oleh papanya. Papanya jelas tidak
suka dengan Nessa, dan Ervan takut kalau papanya akan bertindak yang macam–macam
pada Nessa. Apalagi sang papa berniat menjodohkan Ervan dengan Mia. Tapi tentu
saja Ervan menolak. Baginya,
Mia seperti saudara sendiri, lagi pula dia mencintai Nessa bukannya Mia. Oleh karena itu Papa
Ervan memberi suatu hak kepada Ervan. Jika Ervan bisa memenangkan tender proyek
wisata Bali dan dapat memajukan perusahaan yang sedang ditanganinya, Papa Ervan
akan menyetujui keputusan Ervan dalam memilih calon gadis yang akan
mendampinginya kelak.
***
Sore ini Ervan dalam perjalanan ke rumah Mia. Ervan
akan mengantar proposal mitra bisnis yang akan di tanda tangani oleh Papa Mia
sekaligus ingin membicarakan hal penting pada Mia, bahwa Ervan tidak bisa
menganggap Mia lebih dari sahabat.Saat Ervan memasuki ruang tamu Mia, Ervan
melihat Mia sedang bercakap–cakap dengan Manager tim Nessa, Pak Willi. Kenapa
Pak Willi ada di sini?Ervan terdiam dan mulai mendengar pernyataan mereka yang
mengejutkan dirinya.
“Aku senang, akhirnya Nessa telah menyingkir dari
kehidupan Ervan juga, terima kasih Pak Willi, ini semua berkat pertolongan anda,
aku sudah mentransfer
uang ke rekening milik bapak sesuai yang bapak minta,” terang Nessa sambil
menyesap wine di gelas rampingnya.Ervan yang mendengar itu semua mulai
meradang. Ervan
segera menghampiri mereka berdua dan memarahi mereka. Ervan mengancam tidak
akan lagi sudi menemui Mia dan langsung memecat Pak Willi saat itu juga tanpa
basa basi.
Ervan dengan terburu – buru segera
menaiki mobilnya dan menuju ke rumah Nessa. Sesampainya di rumah Nessa, Ervan
menggedor - gedor pintu rumah dengan kasar.
“Nessa buka pintunya, Nessa maafkan aku. Nessa aku yang salah. Aku yang bodoh.Harusnya
aku percaya padamu!” teriak Ervan. Ervan terus menggedor–gedor pintu rumah
tanpa henti. Sampai dia mendengarkan suara samar yang sangat dirindukannya.
“Er-Ervan kau kah itu?” tanya Nessa terbata dan
mnitikkan air matanya.
Ervan senang sekali melihat Nessa yang ada di
depannya.Dia langsung memeluk Nessa dengan erat.
“Oh Nessa, syukurlah aku masih bisa bertemu lagi
denganmu! Maafkan aku, aku tidak mempercayaimu, aku benar – benar bodoh menuduh
dirimu yang membocorkan dokumen,” ucap Ervan mulai menangis membuat Nessa
tersenyum samar dalam pelukan Ervan.
“Nessa sayang, terima kasih. Aku mencintaimu. Kumohon kembalilah ke
perusahaan dan jadilah kekasihku lagi, aku akan mengenalkanmu pada orang tuaku,” ucap Ervan
hati–hati.
“Aku tidak bisa Erv, aku butuh waktu.”
“Baik, tidak masalah. Aku akan menunggumu,” sambar
Ervan cepat.
“Kumohon Nessa cuma kamu yang aku cintai, kamu
adalah masa depanku, kalau kamu belum siap, aku akan menunggu meski itu butuh
penantian seumur hidupku. Kita mulai lagi semuanya dari awal oke?” terang Ervan
sambil menggenggam erat–erat tangan Nessa. Nessa lama terdiam dan
akhirnya menganggukkan kepalanya. Ervan
tersenyum lega dan mencium dahi Nessa dengan sayang.
“Terima kasih Nessa karena kamu telah mencintaiku
dengan tulus.Karena dirimu aku mengenal cinta yang sesungguhnya,” bisik Ervan
mesra ditelinga Nessa.
Cinta yang sesungguhnya
adalah ketika kita mencintai seseorang dengan benar.
Semenjak kejadian itu Ervan tak segan–segan
mengenalkan Nessa ke teman–teman dan orangtuanya.Ervan masih setia menunggu
jawaban persetujuan Nessa. Dan
akhirnya di 31 Desember di hari ulang tahun mereka berdua. Nessa akhirnya menerima
Ervan kembali secara resmi. 31
Desember di bulan itu mereka dulu mulai renggang dan lama kelamaan berpisah,
dan di bulan itu jugalah mereka bersatu. Kemudian mereka memulai
lembaran hidup baru yang semakin dipenuhi oleh kebahagiaan, yang setiap kebahagiaan selalu diawali
oleh rintangan.
***
Antologi Analogi Hati (2014) Mafaza Media
Cerpen, genre: romance
Beautiful Dream
Karya Isnani
Nur Rizqi
Di
hari terakhir sekolah sebelum libur panjang, disibukkan dengan pembelajaran
kelompok Bhs.Jawa. Semua siswa sibuk dengan hasil tulisannya masing-masing. aku
berada pada satu kelompok yang sangat membingungkan, dimana aku dibiarkan
berada pada segerombolan pria yang tidak mau membantuku berpikir sedikit pun.
“Hey semua! Kalian pikir aku patung, ini kerja
kelompok bukan individu. Kenapa tidak ada seorangpun yang mau membantuku,” ujarku kesal.
Tanpa aku sadari, Rian duduk menghampiriku. Dia
tersenyum padaku dan tiba-tiba menyandarkan kepalaku di pundaknya. Seketika
waktu seakan terhenti, tubuhku serasa melayang di udara. Berpuluh pasang mata
di ruang itu menatap kearahku, aku bagaikan sang Putri yang menemukan Pangeran
ditengah kegundahan hati. Ruangan diskusi itu berubah menjadi panggung negeri
dongeng dengan romantika cinta yang mendalam.
“SO SWEETT
....” (Teriakan semua temanku dalam ruangan itu)
“Kalian pasangan yang serasi, semoga langgeng
ya,” Anto menambahi.
Setelah
kejadian itu, aku dan Rian semakin dekat. Kami seakan amplop dan perangko,
dimana ada Rian disitu ada aku. Kemana-mana kita berdua, bagaikan sepasang
kekasih. Terkadang aku bingung dengan semua ini, mungkinkah ini jawaban atas
semua doaku? Entahlah, yang jelas aku
merasa sangat bahagia.
“Kita ke kantin yuk,” ajak Rian.
“Aku lagi males nih, kamu aja deh.”
“Ya udah aku pergi dulu ya.”
Selang
beberapa menit Rian datang dengan membawa banyak makanan dari kantin.
“Nih buat kamu, dimakan ya.”
“Kamu ngapain repot-repot beliin ini buat aku?”
“Ya kan tadi kamu bilang males ke kantin. Nah aku
juga males kalau makan sendiri tanpa kamu, makanya aku beliin ini biar kita
bisa makan sama-sama disni.”
“Sebenernya kamu nggak harus beliin ini lho buat
aku, tapi makasih ya.”
Kami
pun makan bersama di dalam kelas. Selama makan aku terus memandangi wajah Rian.
Aku masih tidak percaya, aku bisa mendapatkan seseorang yang sangat perhatian
padaku.
Jam
istirahat telah usai, tak terasa kami memasuki pelajaran terakhir di hari yang
melelahkan ini. Dimana semua siswa harus menyampaikan hasil kerja kelompok
masing-masing.
“Baiklah anak-anak silahkan kalian menyampaikan
hasil dari diskusi masing-masing. Ibu akan memulai dari kelompok pertama,
Silahkan.”
“Assalamu’alaikum wr.wb. Kami dari kelompok satu
akan menjelaskan tentang kesenian yang ada di Jawa.”
Selama
menyaksikan penampilan temanku, aku merasa takut kalau aku akan jauh lebih
buruk dari mereka. Aku tidak pede dengan hasil kerjaku, rasanya aku
tidak mau maju untuk menyampaikannya pada teman-teman. Namun apalah dayaku, kini
tiba giliranku untuk menyampaikan semua yang telah kutulis dalam selembar
kertas.
”Sekarang saya persilahkan kelompok terakhir untuk
menyampaikan hasil diskusinya.”
Saat
nama kelompokku di panggil, aku semakin gugup, tubuhku seketika berubah dingin,
kaku, seperti baru keluar dari lemari es. Tanpa banyak kata Rian menggenggam
erat tanganku dan berkata “Jangan hiraukan mereka, anggaplah mereka tidak ada
disana. Kamu pasti bisa sayangku”.
Kata-kata
Rian membuat jantungku berdetak kencang dan membuat kakiku berani melangkah
kearah tempat aku harus memulai presentasiku.
“Assalamu’alaikum wr.wb.”
“Wa’alaikumsalam wr.wb.”
Mulutku
kembali terkunci, aku melihat berpuluh pasang mata menatap tajam kearahku. Aku
merasa bagaikan seorang tahanan yang tengah dihakimi dalam ruang persidangan.
Seketika
itu aku mencoba tenang, aku mengarahkan pandangan mataku pada Rian. Aku
langsung teringat kata-katanya yang menyuruhku mengganggap bahwa semua yang ada
di ruangan tidak melihat aku. Ya, aku harus fokus dengan apa yang akan ku
sampaikan. Aku pasti bisa!
“Saya mewakili kelompok, akan menympaikan hasil
diskusi kami tentang kesenian yang ada di Jawa. Dalam hal ini, kami mengambil
contoh satu macam kesenian yaitu Ludruk.”
Tak
terasa 30 menit berlalu. Dan tanpa sadar, aku telah berhasil menghilangkan
ketakutanku berbicara didepan orang banyak. Semua orang dalam ruangan itu
memberikanku tepuk tangan dengan meriah.
“Saya bangga dengan apa yang kamu sampaikan, saya
rasa kamu akan bisa menjadi icon
kesenian di Indonesia kedepannya,” ujar Ibu guru.
“Terima kasih sekali bu, tapi saya rasa ibu
berlebihan. Saya hanya menyampaikan apa yang saya bisa.”
“Iya ibu tau, tapi ibu rasa kamu mempunyai bakat
yang luar biasa disini. Sekali lagi ibu ucapkan selamat untuk kalian semua.”
Saat
aku turun dari panggung, semua teman menghampiri dan mengucapkan selamat
padaku. Aku bak seorang artis yang berada di kerumunan fans.
“Makasih buat semuanya,” ucapku pada Rian.
“Terima kasih untuk apa? Itu semua bukan karena aku,
tapi karena dirimu sendiri. Kamu sudah berusaha keras, dan sekarang kamu
merasakan hasil dari usahamu.”
“Iya kamu benar, tapi aku tidak akan bisa melakukan
ini sendiri tanpa dirimu. I love you
Rian.”
“I love you
too. Sekarang aku antar kamu pulang ya.”
Saat
sampai di depan gerbang sekolah, tiba-tiba aku terpeleset. Tubuhku menatap ke
sebuah pohon,
BRAKK
...!!
Aku
langsung tersungkur ke tanah dan tak
sadarkan diri. Anehnya, disana tidak ada seorangpun yang menolongku. Dan saat
aku sadar dari pingsanku,
KRINGG
... KRINGG ... KRINGG ...
“Nuri bangun, sudah siang. Kamu tidak berangkat ke
sekolah?” ujar ibuku.
“Sekolah? Aku kan baru aja pulang bu,
“Baru pualng dari mana, kamu jangan ngaco ya. Sekarang ini baru jam 7 pagi.
Udah sekarang kamu mandi terus cepetan berangkat ke sekolah.”
“Hah jam 7 pagi? Berarti yang tadi itu .... ”
TIDAKKK !!!
Aku
baru sadar ternyata semua yang aku alami dengan Rian itu cuma mimpi.
Mimpi,,
ya itu semua memang cuma mimpi. Aku nggak akan mungkin bisa memiliki Rian. Rian
I love you. You will be a king in my heart forever.
***
Antologi Analogi Hati (2014) Mafaza Media
Langganan:
Postingan (Atom)